Menanggulangi Kasus ISPA di Pondok Pesantren Modern: Perspektif Kesehatan dan Pendidikan

Menanggulangi Kasus ISPA di Pondok Pesantren Modern: Perspektif Kesehatan dan Pendidikan

Surabaya, 22 Januari 2025

ISPA di Pondok Pesantren Modern

Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) merupakan salah satu masalah kesehatan yang sering terjadi di lingkungan dengan kepadatan tinggi, seperti pondok pesantren modern. Kondisi ini disebabkan oleh interaksi intensif antar penghuni, kurangnya sirkulasi udara, dan kebersihan lingkungan yang tidak optimal. ISPA adalah infeksi yang menyerang saluran pernapasan atas dan bawah, yang dapat disebabkan oleh virus, bakteri, atau jamur (WHO, 2022). Penyakit ini dapat menyebar dengan cepat melalui droplet dari batuk atau bersin, sehingga jika satu orang terinfeksi, risiko penyebaran ke penghuni lain menjadi sangat tinggi.

Berdasarkan data terbaru, kasus Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) di Indonesia menunjukkan peningkatan yang signifikan dalam beberapa tahun terakhir. Pada tahun 2021, dilaporkan kurang dari 3.000 kasus ISPA. Jumlah ini meningkat menjadi antara 50.000 hingga 70.000 kasus pada tahun 2022. Pada tahun 2023, kasus ISPA terus meningkat, dengan angka laporan mencapai 1,5 hingga 1,8 juta kasus secara nasional dalam periode Januari hingga September.

Secara regional, Dinas Kesehatan DKI Jakarta melaporkan 638.291 kasus ISPA selama periode Januari hingga Juni 2023. Peningkatan kasus ini sebagian besar disebabkan oleh faktor-faktor seperti polusi udara yang tinggi dan musim kemarau berkelanjutan.

Berdasarkan berbagai penelitian, kasus Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) di pondok pesantren modern di Indonesia cukup signifikan. Faktor-faktor seperti ventilasi yang tidak memenuhi syarat, sanitasi lingkungan yang buruk, dan perilaku santri yang berperan dalam tingginya angka kejadian ISPA.

Penelitian di Pondok Pesantren Amanatul Ummah Surabaya menunjukkan bahwa 73,9% kamar santri memiliki ukuran yang tidak memenuhi syarat, dengan 45,9% santri pernah mengalami ISPA dalam satu tahun terakhir. Terdapat hubungan signifikan antara kondisi ukuran dan kejadian ISPA pada santri.

Faktor Risiko ISPA di Pondok Pesantren Modern

  • Kepadatan penghuni: Ruangan asrama yang padat dengan banyak santri dalam satu ruangan mempermudah penularan penyakit. Kondisi ini diperburuk jika penghuni tidak mempraktikkan perilaku hidup bersih, seperti menutup mulut saat batuk atau bersin.
  • Ventilasi buruk: Udara segar tidak mengalir dengan baik di beberapa ruangan, terutama di kamar tidur yang penuh sesak. Ventilasi yang buruk membuat partikel virus atau bakteri bertahan lebih lama di udara, meningkatkan risiko infeksi (CDC, 2023).
  • Kebersihan lingkungan: Kebersihan kamar, dapur, dan kamar mandi yang kurang terjaga dapat menjadi tempat berkembang biaknya mikroorganisme (Kementerian Kesehatan RI, 2024). Sampah yang tidak dikelola dengan baik juga menjadi sumber penyakit.
  • Gaya hidup santri: Kurangnya istirahat akibat jadwal belajar yang padat, pola makan yang tidak teratur, dan kebiasaan berbagi barang pribadi seperti handuk, alat makan, atau peralatan mandi meningkatkan risiko penularan penyakit.

Gejala ISPA

Gejala ISPA yang sering ditemukan antara lain (WHO, 2022):

·       Demam: Gejala awal yang sering muncul akibat tubuh melawan infeksi.

·       Batuk dan pilek: Batuk bisa kering atau berdahak, sementara pilek sering disertai hidung tersumbat.

·       Sakit tenggorokan: Rasa sakit atau gatal di tenggorokan yang membuat sulit menelan.

·       Sesak napas: Gejala ini muncul jika infeksi menyebar ke saluran pernapasan bawah.

·       Lemas dan kehilangan nafsu makan: Tubuh terasa lemah karena infeksi mengganggu metabolisme.

Upaya Pencegahan ISPA

Untuk meminimalkan risiko ISPA, pondok pesantren modern dapat mengambil langkah-langkah berikut:

1.     Peningkatan Kebersihan Lingkungan

Membersihkan kamar dan lingkungan pesantren secara rutin menggunakan cairan pembersih dan disinfektan. Menyediakan fasilitas tempat sampah tertutup di setiap ruangan dan memastikan sampah diangkut secara rutin. Memastikan sirkulasi udara di ruangan berjalan lancar dengan membuka jendela atau menggunakan kipas angin dan exhaust fan.

2.     Edukasi Kesehatan

Memberikan penyuluhan rutin kepada santri tentang pola hidup bersih dan sehat (PHBS), seperti mencuci tangan dengan sabun sebelum makan, setelah bersin, atau setelah ke toilet. Mengadakan program pelatihan kesehatan sederhana untuk santri, seperti cara mengenali gejala awal ISPA dan langkah-langkah penanganan awal.

3.     Asupan Gizi Seimbang

Menyediakan makanan bergizi yang kaya akan vitamin C, vitamin D, dan zinc untuk meningkatkan daya tahan tubuh. Mengadakan monitoring rutin terhadap menu makanan untuk memastikan kecukupan nutrisi. Memberikan susu atau suplemen multivitamin sesuai kebutuhan untuk mendukung kesehatan santri.

4.     Fasilitas Kesehatan yang Memadai

Membentuk unit kesehatan pesantren (UKP) yang dilengkapi dengan peralatan medis dasar seperti termometer, masker, dan obat-obatan sederhana. Menyediakan ruang isolasi bagi santri yang sakit untuk menghindari penyebaran penyakit. Bekerja sama dengan puskesmas atau klinik terdekat untuk layanan pemeriksaan kesehatan berkala.

5.     Promosi Penggunaan Masker

Mendorong penggunaan masker terutama saat ada santri yang sakit atau saat terjadi wabah flu. Memberikan masker secara gratis kepada santri dan memastikan ketersediaan masker di ruang kesehatan. Mengadakan kampanye "Pakai Masker, Lindungi Sesama" untuk meningkatkan kesadaran santri tentang pentingnya masker dalam mencegah penularan penyakit.

Penanganan Kasus ISPA di Pondok Pesantren

Jika ditemukan santri dengan gejala ISPA, langkah-langkah berikut dapat dilakukan:

  •  Memberikan istirahat yang cukup dengan mengurangi aktivitas fisik dan jadwal belajar santri.
  • Menyediakan minuman hangat seperti teh herbal atau air jahe untuk meredakan gejala batuk dan sakit tenggorokan.
  • Memberikan obat-obatan sederhana seperti paracetamol untuk meredakan demam atau ibuprofen jika terjadi nyeri.
  • Memastikan santri tetap terhidrasi dengan banyak minum air putih.
  • Jika gejala tidak membaik dalam 2-3 hari atau terjadi komplikasi seperti sesak napas berat, segera merujuk santri ke fasilitas kesehatan terdekat untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut (CDC, 2023).


Acara Live Showcase ini diselenggarakan di Cafe Fastron Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya dengan membawakan berbagai media d penampilan yang menarik dan pembahasan hingga evaluasi bersama para dosen pengampu mata kuliah sebagai penilaian terhadap penampilan para mahasiswa saat Showcase. Dari penampilan tersebut menjadikan sebuah cara serta media yang digunakan untuk menyampaikan mengenai “Voice and Stories for a Health Indonesia” sebagai upaya komunikasi Kesehatan terhadap masyarakat dan Promosi Kesehatan masyarakat.

Acara ini mampu memberikan banyak wawasan tentang dampak negatif ISPA dan cara mencegahnya pada santri. Peserta jadi lebih memahami pentingnya menerapkan pola hidup sehat, seperti menjaga kebersihan lingkungan untuk mencegah ISPA. Melalui Live Showcase ini, mahasiswa dapat berkontribusi secara kreatif dalam upaya meningkatkan kesadaran Kesehatan masyarakat. Acara ini juga menjadi ajang pembelajaran bagi mahasiswa untuk mengembangkan keterampilan komunikasi, kolaborasi, dan manajemen.



Untuk informasi lebih lanjut, silakan hubungi:

Komentar

Postingan populer dari blog ini

POST NEWS PRA BToPH 1

Resume Materi PKKMB Fakultas